Mungkin teman-teman juga pernah mendengar cerita seorang bapak tua penjual amplop di masjid Salman ITB. Bapak yang dengan gigihnya menggelar terpal di bawah terik sinar matahari demi menawarkan amplop-amplop putihnya kepada pengunjung masjid. Selembar amplop cuma dihargai seratus rupiah, kadang satu hari berjualan tidak ada yang terjual. Jangankan sepuluh juta sebulan, seribu rupiah per hari yang berarti sepuluh lembar amplop saja pun belum tentu didapatnya. Semua itu dilakukan si bapak tua demi menyambung hidup karena anak-anaknya pun kondisi ekonominya tidak menentu. Prinsip hidup beliau amat mengagumkan, lebih baik terus bekerja walaupun sulit, daripada mengemis.
Semua orang butuh uang. Bukan maksud kami menggampangkan tetesan keringat orang lain atau menghina para pengemis di jalanan. Tapi teman-teman akan kagum melihat masih begitu banyak manusia yang dengan tekunnya berusaha mencari rezekinya dengan cara yg halal dan baik. Orang-orang yang walaupun sudah renta usianya tetap terus mencari celah sekecil apapun itu untuk berusaha bekerja dan berjualan, daripada hanya sekedar menengadahkan tangan memohon belas kasihan.
Sudah saatnya kita tidak hanya peduli tapi juga memberi manfaat. Tidak hanya sekedar melemparkan uang logam kedalam kaleng, tapi juga memberi peluang kepada orang lain untuk menjadi mandiri dengan membeli barang dagangannya. Membeli berarti membantu mereka untuk meraih modal usaha dan memberi jalan rezeki kepada mereka untuk tetap hidup, bekerja dan berkarya , bukan mengemis.
Untuk itu kami memulai ini, mengajak teman-teman untuk melakukan kebaikan dan menumbuhkan semangat berusaha. Sederhana saja, kami mengajak teman-teman untuk mulai memperhatikan lingkungan sekitar dan melihat sosok-sosok tua pekerja keras ini di jalan-jalan, di kolong jembatan, di kaki lima, di pelataran masjid, di lapangan bola, dimana saja. Hampirilah mereka, belilah dagangan mereka, hargailah usaha mereka. Sukur-sukur teman-teman bisa memberi lebih. Persoalan teman-teman butuh barangnya atau tidak itu urusan belakangan. Mungkin akan ada saatnya nanti teman, saudara atau tetangga yang membutuhkan dan kita bisa kembali bersedekah dengan memberikannya cuma-cuma.
Kami juga dengan tangan terbuka menerima informasi dari teman-teman tentang keberadaan para pekerja keras ini dimana saja. Nantinya informasi ini akan kami kumpulkan dan kami berikan kepada teman-teman lain yang peduli dan kebetulan tinggal berdekatan. Informasi bisa berupa nama si pedagang, barang yang dijual dan lokasi dimana dia biasa berjualan.
Tanpa kita yang membeli, tanpa kita yang peduli, bagaimana mereka bisa bertahan. Mungkin yang kita beli tidak seberapa tapi bayangkan jika yang tidak seberapa itu ada puluhan ribu bahkan ratusan juta. Ingat penghasilan pengemis tadi? Bukan tidak mungkin jika kita mau peduli, yang sepuluh juta tadi bisa jadi pendapatan bersih per bulan milik si bapak tua penjual amplop. Bukan tidak mungkin, kedepannya nanti tidak ada lagi yang sempat mengemis karena semua sibuk berdagang. Bukan tidak mungkin, dengan kontribusi yang kecil ini suatu saat nanti jumlah masyarakat miskin di Indonesia bisa jauh berkurang.
Think big, start small. Beli, Bantu dan Berbagi. Mari kita mulai dari sekarang!
Note: informasi pedagang bisa dikirimkan melalui
- Email: ninulz@yahoo.com (nina) atau message di facebook ini.
- SMS: 08159238103 (inna)
- Whatsapp: 08990420692 (tity)
Keterangan photo:
1. Bapak Suhanda penjual pisau di Tanah Abang.
2. Bapak penjual es durian di Stasiun Kota.
3. Ibu pengumpul buah di Pasar Kramat Jati.
(3 foto)Semua orang butuh uang. Bukan maksud kami menggampangkan tetesan keringat orang lain atau menghina para pengemis di jalanan. Tapi teman-teman akan kagum melihat masih begitu banyak manusia yang dengan tekunnya berusaha mencari rezekinya dengan cara yg halal dan baik. Orang-orang yang walaupun sudah renta usianya tetap terus mencari celah sekecil apapun itu untuk berusaha bekerja dan berjualan, daripada hanya sekedar menengadahkan tangan memohon belas kasihan.
Sudah saatnya kita tidak hanya peduli tapi juga memberi manfaat. Tidak hanya sekedar melemparkan uang logam kedalam kaleng, tapi juga memberi peluang kepada orang lain untuk menjadi mandiri dengan membeli barang dagangannya. Membeli berarti membantu mereka untuk meraih modal usaha dan memberi jalan rezeki kepada mereka untuk tetap hidup, bekerja dan berkarya , bukan mengemis.
Untuk itu kami memulai ini, mengajak teman-teman untuk melakukan kebaikan dan menumbuhkan semangat berusaha. Sederhana saja, kami mengajak teman-teman untuk mulai memperhatikan lingkungan sekitar dan melihat sosok-sosok tua pekerja keras ini di jalan-jalan, di kolong jembatan, di kaki lima, di pelataran masjid, di lapangan bola, dimana saja. Hampirilah mereka, belilah dagangan mereka, hargailah usaha mereka. Sukur-sukur teman-teman bisa memberi lebih. Persoalan teman-teman butuh barangnya atau tidak itu urusan belakangan. Mungkin akan ada saatnya nanti teman, saudara atau tetangga yang membutuhkan dan kita bisa kembali bersedekah dengan memberikannya cuma-cuma.
Kami juga dengan tangan terbuka menerima informasi dari teman-teman tentang keberadaan para pekerja keras ini dimana saja. Nantinya informasi ini akan kami kumpulkan dan kami berikan kepada teman-teman lain yang peduli dan kebetulan tinggal berdekatan. Informasi bisa berupa nama si pedagang, barang yang dijual dan lokasi dimana dia biasa berjualan.
Tanpa kita yang membeli, tanpa kita yang peduli, bagaimana mereka bisa bertahan. Mungkin yang kita beli tidak seberapa tapi bayangkan jika yang tidak seberapa itu ada puluhan ribu bahkan ratusan juta. Ingat penghasilan pengemis tadi? Bukan tidak mungkin jika kita mau peduli, yang sepuluh juta tadi bisa jadi pendapatan bersih per bulan milik si bapak tua penjual amplop. Bukan tidak mungkin, kedepannya nanti tidak ada lagi yang sempat mengemis karena semua sibuk berdagang. Bukan tidak mungkin, dengan kontribusi yang kecil ini suatu saat nanti jumlah masyarakat miskin di Indonesia bisa jauh berkurang.
Think big, start small. Beli, Bantu dan Berbagi. Mari kita mulai dari sekarang!
Note: informasi pedagang bisa dikirimkan melalui
- Email: ninulz@yahoo.com (nina) atau message di facebook ini.
- SMS: 08159238103 (inna)
- Whatsapp: 08990420692 (tity)
Keterangan photo:
1. Bapak Suhanda penjual pisau di Tanah Abang.
2. Bapak penjual es durian di Stasiun Kota.
3. Ibu pengumpul buah di Pasar Kramat Jati.
Copas atas seizin Marisna Nina Yulianti
iiya..paling miris kalo lihat ada anak kecil jualan koran, dan ibu2 berbadan sehat minta2. aku pasti pilih beli koran
BalasHapusyang di mesjid salman ITB itu saya sendiri pernah melihat dan membelinya .. keuntungan yang sangat kecil yg beliau dapatkan namun tetap dikerjakan dengan sepenuh hati, semoga mereka diberikan rejeki yg barokah. aamiin
BalasHapusdi tmptku ada mak, nenek yg sudah renta jualan bawang goreng, jalannya pun sdh membungkuk dan gak pakai sendal..kadang kalo pagi lewat dpn perumahan tmpt aku tinggal..aku sdh mau mewek kl ketemu..aku hanya bisa bantu dgn membeli dagangannya dan mendoakannya..
BalasHapusnice share mak..smg akan ada banyak orang yg lebih peduli dgn mereka..
ia mak, kasian liat lansia masih berusaha untuk mencari sedikit rizki. aamiin, yuk mak ikutan diinfokan ke CP diatas biar program ini bisa berjalan dengan baik ^^
HapusBuat mak-mak yang punya pengalaman yang sama diinfokan saja ya ke CP diatas :D
BalasHapus