“Maukah
kamu bertemu denganku dimalam tahun baru nanti?” Email tanpa subjek itu menarik
perhatian. Aku melihat kembali nama si pengirim cuma tiga huruf Rio namun tiga
huruf itu sudah cukup membuat jantungku berdetak sepuluh kali lebih cepat.
“Arrgggh.!!”
Teriakku frustasi, jari-jariku menari-nari lebih tepatnya mencoret-coret dan
memberi tanda silang di atas tulisan yang satu paragraf pun belum selesai. Aku
menutup buku catatan dan menaruh pulpen ke dalamnya untuk ku lempar jauh-jauh
dari pandanganku.
“Bukk!!”
Buku dan pulpen tersebut kemudian jatuh di atas kasur. Sambil berguling-guling
aku menghampiri kasur, yah di kamar kost yang sempit dan kecil ini memang hanya
ada kasur dan sebuah meja kecil untuk menulis tidak cukup tempat tidur
menampung kasur sebagai alas sehingga kasur itu hanya bisa pasrah tergeletak di
atas lantai. Aku memijit-mijit kepalaku sambil bergumam “Ayo dong Danish, kamu
pasti bisa!”. Aku menyemangati diriku sendiri.
Oia,
kenalkan namaku Danisha, orang-orang memanggilku Sha sedangkan orangtuaku
memanggilku Cha karena dulu lidahku sulit melafalkan huruf s. Aku sendiri lebih
senang dipanggil Danish menurutku lebih keren lebih classy lebih enak didengar di telinga. Saat ini aku berprofesi
sebagai penulis cerpen lepas banting setir setelah berkali-kali gagal melamar
di berbagai perusahaan sebagai Analis. Terdengar keren bukan? Analis…Tapi bukan
Analis keuangan namun sesuatu berbau kimia atau biologi.