Kalau sedang menyusun tugas akhir rasa-rasanya banyak sekali
godaannya, seperti fb-an, chat online, membaca blog orang lain, twitteran, path
sampai ngintip-ngintip untuk melihat milis grup. Seperti semalam, tepat pukul
00.10 lewat saya menyempatkan untuk melihat milis grup. Namun intipan kali ini
membawa manfaat, kebetulan alumni yang sedang bekerja diluar negeri mempostingkan
kembali sebuah cerita yang menyentuh, yaitu perbedaan antara doa seorang ibu
dengan doa seorang anak yang diambil dari kompas. Pada cerita tersebut
diceritakan seorang anak yang mengalami kecelakaan amat parah hingga para
dokter pun angkat tangan. Namun dengan kegigihan dan kasih sayang seorang ibu,
ibu itu bertahan dan meyakini kalau anaknya akan sembuh hingga sediakala. Maka tiap
malam si ibu terus berdoa mengetuk pintu rahmat dan kasih sayang ALLAH SWT demi
kesembuhan putranya. ALLAH SWT pun menunjukkan kebesarannya dengan mengabulkan
doa si ibu. Putra ibu tersebut sembuh, sehat seperti sediakala bahkan mempunyai
kehidupan normal seperti bekerja dan berumah tangga.
Lalu keadaan berbalik, si ibu sakit amat parah dan dirawat di
rumah sakit. Si anak menunjukkan baktinya. Sehari, seminggu hingga sebulan
lamanya si anak masih menunggui, merawat dan memperhatikan si ibu. Namun setelah
itu intensitas si anak menunggui dan merawat ibunya makin berkurang hingga ia
tidak pernah datang sama sekali. Sampai suatu hari ia mendapat kabar dari rumah
sakit bahwa ibunya mungkin tidak akan bertahan. Segera dia ke rumah sakit
menjenguk sang ibu, melihat keadaan ibunya yang semakin kepayahan dia pun tak
tega, kemudian dia berdoa pada ALLAH SWT. “Ya Allah,
seandainya dia Engkau panggil menghadapMu lebih baik untuk ibu, maka Engkau
panggilah ibuku! Aku tidak sanggup melihat penderitaannya. Ya Allah, aku akan
merelakan dengan ikhlas dengan kepergiannya. Amin."
Mungkin tidak ada yang salah
dari doa anak tersebut, karena doa yang dipanjatkan terlihat ingin meringankan
penderitaan si ibu. Tapi doa tersebut seolah-olah meminta kepada ALLAH SWT
untuk memanggil si ibu padahal si ibu hanya mengalami sakit, hal yang sama yang
pernah dialami si anak dulu. Seketika saya mengingat keadaan saya dulu ketika
sakit. Mama yang selalu merawat tanpa lelah dan selalu mendoakan saya di sepertiga
malam demi kesembuhan serta kebahagian saya. Rasanya cerita tersebut menampar
saya dan mengingatkan saya kembali bahwa belum ada hal-hal yang bisa saya
lakukan untuk membahagiakan mama. Tapi mama selalu tersenyum dan tetap
mendoakan kebahagian untuk saya beserta kakak-kakak saya.
Walau tidak ada satupun yang
sanggup membalas kasih sayang mama dan papa kecuali kasih sayang ALLAH SWT, saya
berharap dapat membahagiakan mama dan papa dimulai dari sekarang hingga akhir
hayat nanti. Terhatur doa untuk Mama dan Papa dari anakmu yang penuh khilaf dan
dosa
اَللّهُمَّ
اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا.
“Alloohummaghfirlii
waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.
Artinya :
“Wahai
Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka
menyayangiku diwaktu kecil”.
amieen yra
BalasHapus