Mungkin jika ada yang bilang
benci itu benar-benar cinta bisa jadi benar. Hal ini saya rasakan ketika pertama
kali meminum kopi. Kalau diingat-ingat kembali, sewaktu saya kecil saya selalu terkagum-kagum
melihat Ayah saat sedang meminum kopi.
Beliau terlihat sangat begitu menikmati kopi yang dibuat oleh Ibu.
Rasa penasaran saya waktu itu begitu tinggi, apakah kopi seenak dan senikmat itu? lebih enak dari susu coklat atau teh yang sering saya minum? Karena tidak tahan ingin mengetahui bagaimana rasa kopi, diam-diam saya mencicipi kopi Ayah saya.
Saya pun bergaya seolah-seolah saya adalah Ayah yang sedang meminum kopi, pertama-pertama saya menghirup aroma kopi yang baru diseduh Hmm .. harum batin saya. Setelah menghirup aromanya yang harum saya bersemangat untuk segera meminumnya dan Wow!! Lidah anak-anak saya saat itu tidak menyukai rasa kopi yang pahit dan masam, seketika saat itu saya mencari apapun yang manis mau susu, teh manis atau gula.
Segera saya masukan kemulut saya agar menghilangkan rasa pahit dan masam yang saat itu terasa dimulut saya. Pengalaman pertama meminum kopi ini membuat saya trauma dan benci terhadap kopi hingga beberapa saat lamanya.
Rasa penasaran saya waktu itu begitu tinggi, apakah kopi seenak dan senikmat itu? lebih enak dari susu coklat atau teh yang sering saya minum? Karena tidak tahan ingin mengetahui bagaimana rasa kopi, diam-diam saya mencicipi kopi Ayah saya.
Saya pun bergaya seolah-seolah saya adalah Ayah yang sedang meminum kopi, pertama-pertama saya menghirup aroma kopi yang baru diseduh Hmm .. harum batin saya. Setelah menghirup aromanya yang harum saya bersemangat untuk segera meminumnya dan Wow!! Lidah anak-anak saya saat itu tidak menyukai rasa kopi yang pahit dan masam, seketika saat itu saya mencari apapun yang manis mau susu, teh manis atau gula.
Segera saya masukan kemulut saya agar menghilangkan rasa pahit dan masam yang saat itu terasa dimulut saya. Pengalaman pertama meminum kopi ini membuat saya trauma dan benci terhadap kopi hingga beberapa saat lamanya.
Gambar Ilustrasi |
Namun sepertinya takdir berkata
lain, saya dipertemukan kembali dengan minuman yang menggoda iman ini ketika
SMA. Saat-saat dimana saya harus terpisah dari orang tua karena harus ngekost
disebabkan SMA yang jauh dari tempat tinggal saya.
Saat itu musim ujian, hafalan yang setumpuk tentang pelajaran kimia membuat saya pusing tujuh keliling (SMA saya SMA kejuruan kimia). Khawatir mengantuk kalau belajar sendirian, saya pun belajar bersama dengan senior. Baru beberapa menit kami belajar, senior saya mengambil mug dan kopi sachet.
Saat itu musim ujian, hafalan yang setumpuk tentang pelajaran kimia membuat saya pusing tujuh keliling (SMA saya SMA kejuruan kimia). Khawatir mengantuk kalau belajar sendirian, saya pun belajar bersama dengan senior. Baru beberapa menit kami belajar, senior saya mengambil mug dan kopi sachet.
“Teteh minum kopi?” Tanya Saya
“Iya, Biar ngga ngantuk.” Senior saya menjawab sambil menyeduh kopi. Aroma khas kopi memenuhi ruangan kami belajar.
“Teteh ngga takut pahit?”
“Justru enak lagi, lagian kalau ngga kuat pahit kan bisa ditambahin gula.”
Aku mengambil bungkus kopi sachet
yang telah kosong. Nescafe?
“Kok, Nescafe?” Tanya Saya
kembali
“Itu yang paling enak dan mantep. Kalau yang lain malah bikin ngantuk. Yuli mau? Seduh sendiri ya.” Ujarnya.
Saya terdiam, menimbang-nimbang
dalam hati, minum engga minum engga minum. Saya saat itu jadi mengingat-ingat
pengalaman pertama saya meminum kopi. Belum apa-apa rasa pahit sepertinya telah
memenuhi dinding mulut membuat saya
bergidik.
Namun melihat hapalan yang setumpuk membuat saya memberanikan diri dan memutuskan meminum kopi kedua dalam hidup saya saat itu. Dan… keputusan saya saat itu meminum kopi benar-benar mengubah saya, yang tadinya benci jadi “Benci” (Benar-benar cinta) pada kopi. Saya jadi begitu menikmati dan mencintai kopi. Saya selalu merindukan sensasi yang dibuat oleh kopi ketika menyeruputnya. Hingga disetiap kesempatan saya selalu menyediakan kopi untuk diminum.
Namun melihat hapalan yang setumpuk membuat saya memberanikan diri dan memutuskan meminum kopi kedua dalam hidup saya saat itu. Dan… keputusan saya saat itu meminum kopi benar-benar mengubah saya, yang tadinya benci jadi “Benci” (Benar-benar cinta) pada kopi. Saya jadi begitu menikmati dan mencintai kopi. Saya selalu merindukan sensasi yang dibuat oleh kopi ketika menyeruputnya. Hingga disetiap kesempatan saya selalu menyediakan kopi untuk diminum.
Gambar Ilustrasi. Sumber : SurveyHarga.blogspot.com |
Tidak hanya sekedar minum, saya pun
kemudian belajar bagaimana menyimpan kopi dan menyajikan kopi yang terbaik. Seperti
kopi yang baru digiling harus disimpan kedap udara agar tidak merusak aroma
dari kopi atau langsung diseduh untuk dikonsumsi dan diseduh dengan air bersuhu
sekitar 94-96°C diamkan beberapa menit agar sari dari kopi keluar
sempurna.
Saya pun jadi benar-benar menggilai kopi, jika ada seminar kopi atau sesuatu yang berhubungan denga kopi pasti saya menghadirinya agar menambah pengetahuan saya tentang kopi. Jadi jangan pernah benci terhadap sesuatu ya, bisa jadi seperti saya nantinya Benar-Benar Cinta terhadap kopi.
Saya pun jadi benar-benar menggilai kopi, jika ada seminar kopi atau sesuatu yang berhubungan denga kopi pasti saya menghadirinya agar menambah pengetahuan saya tentang kopi. Jadi jangan pernah benci terhadap sesuatu ya, bisa jadi seperti saya nantinya Benar-Benar Cinta terhadap kopi.
Facebook : yuri.n.hana
Twitter : @hananoyuri