Apa yang teman - teman lakukan ketika menemukan
kejadian yang tak terduga seperti kecelakaan, orang yang pingsan hingga
collapse?
Jujur ya, aku dulu tipe orang yang sebisa mungkin
menghindari 3 hal tersebut ketika dalam perjalanan. Alasannya simpel, karena
aku ngga tau harus melakukan tindakan apa dan bagaimana tindakan yang
seharusnya aku lakukan ketika terjadi 3 hal tersebut.
Selain itu, jika aku melakukan tindakan pun, aku
khawatir, apakah tindakan aku benar? Apakah tindakan aku sesuai? Apakah
tindakan yang aku berikan tidak membuat aku terkena masalah hukum dikemudian
hari?
Mungkin, kekhawatiran yang aku rasakan, bisa jadi sama
dengan kekhawatiran yang teman - teman rasakan. Karena hal itulah, baik aku dan
teman - teman, sebisa mungkin menjauhi kecelakaan atau malah hanya bisa melihat
kecelakaan saja tanpa bisa berbuat apapun.
Makanya, aku bersyukur banget bisa ikut pelatihan CPR
+ AED yang diselenggarakan oleh Phillips Indonesia dengan tema Semua Orang Bisa
Bantu Selamatkan Nyawa pada tanggal 14 September 2017 yang lalu di Djakarta
Theater, Jakarta.
Pelatihan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) dan
Automated External Defibrilator (AED) merupakan bentuk kepedulian Phillips
Royal dan Phillips Indonesia terhadap tingginya tingkat kematian akibat
serangan jantung mendadak serta henti jantung mendadak (Sudden Cardiac
Arrest/SCA) yang dikenal sebagai “Silent Killer”.
Source : Prisma |
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan pada
tahun 2014, bahwa ada 10.00 orang pertahun – atau 30 orang/hari yang mengalami
henti jantung mendadak dan diperkirakan frekuensi SCA akan meningkat seiring
dengan peningkatan penyakit jantung coroner (PJK) dan stroke, yang diperkirakan
mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.
Sementara itu, data PERKI pada tahun 2016
menemukan bahwa angka kejadian henti jantung mendadak berkisar 300.000 –
350.000 insiden setiap tahunnya. Meskipun demikian, ada kecenderungan
peningkatan peluang hidup ketika penderita henti jantung mendapat pertolongan
pertama dengan CPR.
Dalam diskusi, dr. Jetty menyebutkan tentang masa
emas – empat menit pertama setelah terjadinya henti jantung mendadak. Jika CPR
dilakukan dalam kerangka waktu ini, korban akan mempunyai kemungkinan hidup
lebih besar tanpa terjadinya kerusakan otak. Namun, setelah masa emas ini
berlalu, kemungkinan hidup korban lebih kecil karena mengalami kerusakan otak.
Menurut dr. Jetty memastikan ketersediaan AED di
ruang public dan melatih orang untuk menjadi first-responder (orang yang
pertama kali menemukan korban dan menolong dengan melakukan CPR) adalah kunci
untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa, untuk itu masyarakat diharapkan bisa
mempelajari CPR agar semua orang bisa menyelamatkan nyawa.
Oleh karena itu, sebagai perusahaan teknologi
kesehatan, Phillips Indonesia memegang peranan penting dalam meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat dengan menyelenggarakan pelatihan CPR yang tidak
hanya diikuti oleh karyawan Phillips namun juga Presiden Direktur Philips
Indonesia, Suryo Suwignjo.
“saya juga ikut serta dalam sesi pelatihan
tersebut. Di pelatihan ini kita diajarkan untuk melakukan teknik dasar CPR yang
mereplikasi pernapasan vital dan fungsi detak jantung. Di Philips, kami ingin
mendukung lebih banyak orang untuk mampu menjadi penyelamat. Kami berharap
dengan berbagi pengalaman ini, para peserta bisa menginspirasi orang lain untuk
menjadi first – responder” kata Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo
Suwignjo.
Sebagai bagian dari pelatihan, para peserta juga
dilatih untuk mencari dan menggunakan Automated External Defribrillators (AED),
yang terlihat di beberapa area umum dan perkantoran. Dengan pengetahuan yang
tepat, bahkan mereka yang tidak memiliki pengalaman atau latar belakang
pendidikan di bidang kedokteran dapat meningkatkan kesempatan hidup korban
henti jantung mendadak.
“Inisiatif ini juga telah di lakukan di negara
lain, seperti Singapura, Korea dan sekarang di Indonesia. Ini hanya sebagian
dari ambisi global kita ang lebih besar untuk meningkatkan kesadaran seputar
penanganan henti jantung mendadak. Orang – orang yang berada di lokasi terdekat
dengan korban memiliki dampak yang besar pada kesempatan hidup korban – apakah
korban dapat bertahan hidup atau tidak pada saat terserang SCA. Menegtahui
bagaimana melakukan CPR dan menggunakan defribrillator dapat menyelamatkan
nyawa.” Tutu Suryo Suwignjo.
Memahami
serta Belajar tentang CPR dan AED
Setelah melalui sesi penjelasan mengapa
pentingnya diadakan CPR dan AED, sesi berikutnya dilanjutkan dengan training
CPR dan AED dari Medic One. Trainer dari Medic One, Vani Purbanyu, menjelaskan
secara rinci tahapan apa saja yang perlu dilakukan ketika menemui kejadian tak
terduga seperti henti jantung dan serangan jantung mendadak.
Awalnya, aku sempat berpikir kalau henti jantung
dan serangan jantung itu sama. Ternyata menurut trainer dari Medic One, kedua
hal ini berbeda. Henti jantung mendadak dikarenakan jantung kehilangan daya
listriknya untuk memompa darah keseluruh tubuh.
Source : Prisma |
Penyebab utama henti jantung mendadak (sudden cardiact arrest) adalah
kelainan ritme jantung, mudahnya sih, jika jantung biasanya berdetak 3 kali
dalam 1 putaran, tapi karena jantung kehilangan daya listrik, jantung hanya
mampu berdetak 1 kali atau bahkan tidak
mampu berdetak dalam 1 putaran. Ciri – ciri dari penderita henti jantung
mendadak yaitu, tidak ada respon tidak dapat bernapas dan kehilangan kesadaran.
Sedangkan serangan jantung mendadak terjadi karena aliran darah yang
menuju sebagian sisi jantung terhambat karena berbagai sebab. Namun, serangan
jantung mendadak juga dapat memicu gangguan aliran listrik pada jantung dan
mengakibatkan seseorang terserang mendadak. Ciri – ciri dari penderita serangan
jantung mendadak, sesak napas, nyeri dada, detak jantung cepat dan tidak
beraturan namun masih memiliki kesadaran.
Oleh karena itu, menurut Vani Purbanyu, ketika menemui kejadian ini, hal
yang pertama dilakukan adalah jangan panik. Karena ketika panik, kecerdasan
otak akan menurun sebanyak 80% sehingga sulit untuk melakukan tindakan yang
benar.
Kemudian, seorang first aider (penolong pertama)
menurut Vani harus mengingat tahapan berikut ketika berada dalam kondisi gawat
darurat, yaitu Danger, Response, Compression, Airway, dan Breathing disingkat
DRCAB.
Danger
Memastikan bahwa keadaan disekitar korban tidak
akan menimbulkan bahaya bagi sekitarnya termasuk first aider, dan kemudian menelpon
nomor – nomor yang dapat menolong korban seperti nomor paramedic 119, 112 untuk
keadaan darurat dan 110 untuk polisi jika terjadi tindak kejahatan termasuk
dalam tindakan Danger.
Response
Cek respon atau kesadaran korban setelah first
aider memastikan keadaan sekitar aman,
Berikut penilaian tingkat kesadaran korban
-
Alert : korban sadar dengan keberadaannya (respon
tertinggi)
-
Verbal : korban masih merespon dengan panggilan suara
-
Pain : Korban baru bisa merespon dengan pemberian rasa
sakit (respon terendah)
-
Unrespon : Tidak sadar dan tidak memberikan respon
Untuk mengecek respon terhadap orang dewasa dan
bayi sedikit berbeda. Untuk orang dewasa dan anak - anak, bisa dengan menepuk
bahu dan menanyakan kondisinya, sedangkan untuk bayi tepuk telapak kaki atau
gosok punggung bayi.
Jika korban terjadi penurunan
tingkat kesadaran atau tidak sadar segera minta bantuan (aktivasi EMS, kotak
P3K dan AED) dan cek pernapasan korban dengan cara melihat pergerakan dada atau
perut korban selama 5 – 10 detik. Jika tidak bernapas, segera lakukan CPR
diawali dengan kompresi dada.
Comppresaion
Korban yang mengalami henti
jantung harus segera diberikan CPR. CPR merupakan kombinasi tindakan kompresi
dada dan bantuan napas. Ketika jantung tidak berdetak, kompresi dada diperlukan
untuk sirkulasi darah yang membawa oksigen. Agar kompresi dada efektif korban
harus dalam posisi terlentang pada permukaan yang rata dan keras.
Airways (Jalan
Napas)
Setelah memberikan 30 kali
kompresi dada, buka jalan napas dengan menggunakan metode Head Tilt – Chin Lift
atau Jaw Thrust. Head Tilt – Chin Lift atau Jaw Thrust dilakukan jika korban
dalam kondisi kegawatan penyakit medis atau korban tidak sadar dan tidak
bernapas.
Breathing
Breathing yaitu memberikan 2
kali bantuan napas. Setiap tiupan dilakukan selama 1 detik dan terlihat dada
terangkat. Setelah pemberian napas lanjutkan siklus 30 kali kompresi dada dan
lakukan 2 kali bantuan napas selama 2 menit atau 5 siklus setiap 2 menit
lakukan pengecekan napas kembali.
Oia, AED bisa digunakan untuk
mendeteksi korban henti jantung mendadak atau serangan jantung mendadak. Jika korban
terkena henti jantung mendadak, AED bisa digunakan untuk memperbaiki ritme
jantung sambil tetap memberikan CPR. Sedangkan untuk serangan jantung mendadak,
untuk pertolongan pertamanya cukup dengan CPR.
Jika paramedic sudah datang ke
tempat kejadian, sebagai first aider harus melakukan hal – hal berikut
1. Memberikan identitas diri
2. Memberikan kronologi kejadian
3. Memberikan penjelasan pada paramedic tindakan apa saja
yang telah dilakukan pada korban
Selain teori mengenai CPR dan
AED yang diberikan oleh Trainer Medic One, aku dan peserta lainnya juga
mengikuti simulasi ketika ada korban henti jantung mendadak. Aku pun seolah –
seolah menolong korban, sesuai dengan tahapan yang diajarkan lengkap dengan penggunaan
AED (untuk lebih lengkapnya nanti akan aku buat post yang lain tentang CPR).
Secara bergantian aku dan
peserta lainnya melakukan simulasi serta mengikuti ujian tertulis, karena aku
dan peserta yang hadir akan diberikan sertifikat sebagai first aider yang
diakui secara nasional dan internasional, sehingga bisa melakukan tindakan jika
ada korban.
Untuk teman - teman yang tertarik belajar menjadi first aider, teman - teman bisa banget untuk menghubungi Medic One Training Centre Jl. Benda Alam 1 no. 73 Cilandak Timur Jakarta
12560
Telp. (021) 72599111
(for first aid guidance)
Seruu tuh kalo ikutan simulasinya, ternyata ya semua orang bisa menolong sesama !
BalasHapusCuma ngebayanginnya kadang dengan teori iya, oke. Tapi pas prakteknya menghadapi langsung rasa khawatir pasti ada ya hahahaa, jangan2 kabuur aku ..
Iya teh, kayaknya aku juga kalau ada kejadian aktual juga panik duluan. Kalau saran trainernya sih, harus sering - sering latihan agar terbiasa
Hapus